MAKALAH
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Abudin nata
mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Peserta
didik adalah ucapan yang bersifat umum untuk orang yang sedang menuntut ilmu.
Peserta didik ada juga yang disebut siswa, murid, pelajar, anak didik,
mahasiswa.dalam bahasa inggris di sebut student, dalam bahasa arab ada yang
disebut thalib.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang,
maka rumusan masalah dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimanakah pengertian
Peserta Didik?
2. Bagaimanakah hadis-hadis
keutamaan peserta didik?
3. Bagaimanakah syarat-syarat
peserta didik?
4. Bagaimanakah
karakteristik peserta didik?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum, di samping itu
agar kita dapat mengetahui:
1. Pengertian Peserta
Didik
2. Hadis-hadis
keutamaan peserta didik
3. Syarat-syarat
peserta didik
4. Karakteristik
peserta didik
BAB II
HADIS-HADIS TENTANG PESERTA DIDIK
A.
Pengertian Peserta Didik
Salah satu
komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik. Peserta didik
merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.
Peserta
didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai
peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibannya serta melaksanakannya.
Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiaban
adalah sesuatu yang wajib dilakkukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Peserta
didik adalah ucapan yang bersifat umum untuk orang yang sedang menuntut ilmu.
Peserta didik ada juga yang disebut siswa, murid, pelajar, anak didik,
mahasiswa. dalam bahasa inggris di sebut student, dalam bahasa arab ada yang disebut
thalib, biasanya untuk mahasiswa. Tilmidz, untuk murid tingkat TK sampai SMA.
Dalam
undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abudin nata
mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang
meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Rasulullah SAW,
sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga
ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan.
Rasulullah lebih mengutamakan majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli
ibadah.
B.
Hadis-Hadis
Tentang Keutamaan Peserta Didik
1.
Terhindar
dari Kutukan Allah
عن أبى
هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ أَلاَ إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ
مَا فِيهَا إِلاَّ
ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا
وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ
مُتَعَلِّمٌ. رواه الترمذى
Dari Abu
Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
dunia dan isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait dengannya,
alim (guru), dan peserta didik.
Dari hadis
di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah
adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang
mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah
memiliki ilmu derajatnya akan di angkat oleh Allah swt. Hal ini tergambar dalam
firman Allah dalam QS. Al-Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya:
...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Potongan
ayat yang mengangkat derajat orang yang di beri ilmu di atas tidak hanya di
tujukan kepada ulama saja, tetapi lebih luas juga mengacu kepada peserta didik,
karena peserta didik merupakan orang sedang mencari ilmu dan ilmu tersebut
merupakan pemberian Allah disamping usaha yang dilakukannya.
Sebagai
pendidik harus bisa memahami dan menghargai keutamaan pada peserta didik
tersebut, agar terjadinya dalam proses pembelajaran rasa saling menghargai,
menghormati serta saling menyayangi.
2.
Menempati
Posisi Terbaik
عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْعِلْمِ
… الْعَالِمُ
وَالْمُتَعَلِّمُ شَرِيكَانِ فِي
الاَجْرِ وَلاَ خَيْرَ
فِي سَائِرِ النَّاسِ
رواه الطبرانى
Dari Abi
Umamah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: hendaklah kamu ambil ilmu ini.
... Orang alim (pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat dalam
pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik daripadanya.
Dalam hadis
diatas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peseta didik merupakan manusia yang
lebih baik. hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya
otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih sombong di depan peserta
didiknya.
Terdapat
juga dalam hadis lain, yaitu:
عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ
قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
Usman ibn
Affan berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling
utama di antara kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.
Hadis ini
menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya. Dalam hal ini bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar
berasal atau ada dalam al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu
agama akan tergolong kepada orang yang utama seperti yang katakan dalam hadis
tersebut.
عن
صَفْوَانُ بن عَسَّالٍ
الْمُرَادِيُّ، قَالَ: أَتَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
وَهُوَ مُتَّكِئٌ فِي
الْمَسْجِدِ عَلَى بُرْدٍ
لَهُ، فَقُلْتُ لَهُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنِّي جِئْتُ أَطْلُبُ
الْعِلْمَ، فَقَالَ:"مَرْحَبًا
بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ
الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلائِكَةُ
وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا،
ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ
بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا
السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ
حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ،
فَمَا جِئْتَ تَطْلُبُ؟.
رواه الطبرانى
Shafwan ibn
'Assal al-Muradiy berkata, Saya datang kepada Rasulullah saw, waktu itu, ia
sedang berada di masjid. Saya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Saya datang
untuk menuntut ilmu. Beliau berkata: Selamat datang penuntut ilmu. Penuntut
ilmu dihargai dan disanjung oleh malaikat dan
dilindunginya dengan sayapnya. Kemudian mereka belomba-lomba untuk mencapai
langit dunia karena senang kepada apa yang ia tuntut. Maka kapan kamu belajar?
Hadis
menggambarkan betapa mulianya orang yang menuntut ilmu sehingga Rasulullah
mengatakan: “ penuntut ilmu dihargai dan disanjung serta dilindungi oleh sayap
malaikat”. Hal ini karena penuntut ilmu merupakan orang yang ingin mencari
hakikat kebenaran.
C.
Syarat-Syarat
Peserta didik
1.
Peserta
Didik harus Ikhlas
Ikhlas
menurut bahasa adalah jujur dan tulus. Kata ikhlas berasal dari masdar
akhlasa, yukhlisu, ikhlasan yang berarti murni dan tampa campuran. Dari
defenisi tersebut maka ikhlas dapa di artikan dengan pemurnian niat yang di
kotori oleh ambisi pribadi dan sifat ingin dipuji orang lain kepada niat
semata-mata untuk mengharap ridho Allah
swt dalam melakukan perbuatan.
Ikhlas
merupakan syarat yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik, karena dengan
ikhlas peserta didik akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang di
berikan oleh pendidik. Sebaliknya jika peserta didik tidak memiliki keikhlasan
maka ilmu yang akan merasa sulit dipahami bahkan Rasulullah mengatakan tidak
akan mencium bau surga, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ، عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ فِي الْمَجَالِسِ، لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ" رواه
الطبرانى
Dari Mu'az
ibn Jabal, Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu karena ingin
merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majlis tidak akan
mencium aroma sorga
عن مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم يَقُولُ « مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ. رواه الترمذى وابن ماجه
Dari malik,
ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menuntut ilmu
karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau menarik
perhatian orang, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.
Dari dua
hadis di atas dapat dipahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Sehingga pada hadis pertama menyebutkan peserta
didik yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu tidak akan mencium aroma surga, dan
pada hadis kedua dia akan di masukkan kedalam api neraka.
2.
Menghormati
Guru
Guru
merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang
mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu.
Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya.
Keharusan menghormati pendidik tersebut tergambar dalam hadis Rasulullah,
yaitu:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ قَالَ عَبْد اللَّهِ وَسَمِعْتُهُ أَنَا مِنْ هَارُونَ. رواه أحمد
Ubadah ibn
Shamit meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah termasuk umatku
orang yang tidak memuliakan orang-orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan
tidak mengenal hak-hak orang alim (guru).
Dalam hadis di atas jelaslah bahwa peserta
didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah mengatakan bahwa
peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah
umatnya.
D.
Karakteristik
Peserta Didik
1.
Memiliki
potensi
Semua
manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan
bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw
yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ.
رواه البخارى ومسلم وأبوداود والترمذى والنسائى ومالك وغيره
Abi Hurairah
RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut
fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang,
apakah kamu melihat kekurangan padanya?
Dari hadis
di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap mannusia
yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama potensi menjadi orang baik,
potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya. Kedua: potensi
tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah
yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi,
nasrani dan majusi.
Konsep hadis
tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangan peserta
didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang lahir, dalam perkembangannya di
pengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan di
pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang
baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di pengaruhi oleh lingkungannya.
Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara umum manusia lahir memiliki
potensi yang sama.
2.
Memiliki
Kemuliaan (Martabat)
Sehubungan
dengan ini ditemukan hadis antara lain:
عن أنس ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « أَكْرِمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ. رواه القضائى
Dari Anas,
saya mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah
pendidikannya.
Hadis
tersebut memang perintah kepada orangtua untuk
memuliakan dan mendidik anaknya dengan bagus, akan tetapi dapat juga
kita pahami dari hadis tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang
peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat.
Adapun
diantara membaguskan pendidikan anak pada hadis diatas yaitu: memberikan pemahaman-pemahaman
kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknnya serta
memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik.
3.
Memiliki
Kesamaan Derajat
Adapun
kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya perbedaan antara
jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit dll dalam menuntut ilmu. Setiap
manusia sama hanya saja perbedaannya pada tingkat ketakwaannya. Sebagaimana
hadis Rasulullah saw, yaitu:
عَنْ جابر ابن عبد الله خطبنا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِىٍّ عَلَى أَعْجَمِىٍّ وَلاَ لِعَجَمِىٍّ عَلَى عَرَبِىٍّ وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ.... رواه أحمد والبيهقى
Jabir ibn
Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berkhutbah di depan kami pada
pertengahan hari tasyri', beliau bersabda: Wahai manusia! Ketahuilah
sesungguhynya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketehauilah bahwa tidak ada
kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang
non Arab dari orang Arab, tidk ada kelebihan orang yang berkulit merah
dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya.
Bukankah telah saya sampaikan?
4.
Memiliki Perbedaan Kecerdasan
عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ. رواه البخارى
Diriwayatkan
dari Abu Musa RA bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya
perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah SWT yang menjadikan aku sebagai
utusan itu seperti hujan yang turun ke Bumi. Di antara Bumi itu terdapat
sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau
tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun
tanah itu penuh dengan air. Padahal, AlIah SWT menurunkan air itu agar manusia
dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok
orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun
di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunjai ilmu agama Allah
SWT dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allab
SWT kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Dan seperti orang
yang sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menjebabkan aku diutus
oleh Allah SWT. Ia tidak mendapat petunjuik dari Allah SWT yang karenanya aku
menjadi utusan-Nya.
Hadis ini
menggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan
mengingatnya. Menurut Muhammad Utsman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong
dalam pengertian intelektualitas. berdasarkan hadis ini maka dapat di pahami
bahwa intelektualitas manusia dapat di kualifikasikan dalam tiga golongan,
yaitu: Seperti tanah subur, Yang berarti orang dalam golongan ini mampu
belajar, menghafal, dan mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain.
Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu
menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak
bermamfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam
golongan ini tidak tertarik , apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang
lain.
Dengan
demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami perbedaan
kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode, pendekatan
dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran
dengan baik. hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan
metode pembelajaran yang bervariasi dan media yanng beragam.
5.
Memiliki
Perbedaan Emosional
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قال رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ... أَلاَ وَإِنَّ مِنْهُمُ الْبَطِىءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الْفَىْءِ وَمِنْهُمْ سَرِيعُ الْغَضَبِ سَرِيعُ الْفَىْءِ فَتِلْكَ بِتِلْكَ أَلاَ وَإِنَّ مِنْهُمْ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِىءَ الْفَىْءِ أَلاَ وَخَيْرُهُمْ بَطِىءُ الْغَضَبِ سَرِيعُ الْفَىْءِ أَلاَ وَشَرُّهُمْ سَرِيعُ الْغَضَبِ بَطِىءُ الْفَىْءِ .... رواه الترمذى
Dari Abi Sa'id al-Khudriy, ia berkata,
Rasulullah SAW. bersabda: Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang
lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan cepat pula
terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang ceptat marah dan
lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan
cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat
marahnya dan lambat terkendalinya.
Berdasarkan
hadis di atas, Muhammad Utsman Najasi mengelompokkan tingkat emosi kemarahan
manusia kedalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang emosi kemarahannya
lambat, jarang mengepresikan kemarahannya, kalaupun ia marah ia akan cepat
mengendalikan emosinya kemarahannya. Orang semacam ini dikategorikan sebagai
manusia yang sangat mulia. Kedua, orang yang emosi kemarahannya terlalu
cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya. Ketiga, orang yang emosi
kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya kecuali dalam
waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling
buruk.
Perbedaan
pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar jangan terlalu
gegabah dalam merespon aksi peserta didiknya. Pendidik tidak boleh mengatasi
gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi pula. Ia harus dapat
memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih sayangnya tampa menyimpan rasa
dendam. Hal ini agar peserta didik bisa menghargai dan menghormati pendidiknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di
atas, yang telah kami bahas. Maka kami mengambil kesimpulan, yaitu sebagai
berikut:
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi
dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun
psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada.
Diantara keutamaan peserta didik adalah mereka
terhindar dari kutukan Allah swt dan menempati pisisi yang baik. Adapun
syarat-syarat peserta didik pertama, peserta didik harus Ikhlas, Menghormati
guru. Perserta didik itu memiliki beberapa karakteristik diantaranya mereka
memiliki potensi, memiliki kemuliaan, memiliki kesamaan derajat, memiliki
perbedaan kecerdasan, memiliki perbedaan emosional.
B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun kami ke depannya agar
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2006.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Abu Bakar. 1995. Hadis Tarbiiyah.
Surabaya: Al-Iklas.
No comments:
Post a Comment