RANGKUMAN
MATERI HADIS SEMESTER 3
بسم الله الرحمن
الرحيم
المبحث الاول
عن الاخلاص
فالعمل والامر بالاستقامه
ء- عَنِ الاخلاص في العمل
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي
الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إنما الأعمال بالنيات
, وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت
هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه " متفق
Hadits ini memang muncul karena adanya seorang lelaki yang ikut
hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mengawini perempuan bernama Ummu Qais. Dia
berhijrah tidak untuk mendapatkan pahala hijrah karena itu ia dijuluki Muhajir
Ummu Qais.
Terjemahan
hadis:
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin
Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya,
dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang
wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
Penjelasan yang saya dapatkan dari dosen dan refrensi:
Kita mengetahui pembagian amal adalah ada 2
macam: pertama amal zohir dan amal batin. Diantara contoh amal zohir adalah
sholat, zakat, haji dan lain sebagainya. Sedangkan amal batin seperti sabra,
jujur dan lain sebagainya.
Yang dimaksud dengan niat adalah semua rukun
dalam amal, karena semua amal perbuatan yang di telah di syareatkan oleh islam
pasti mengandung rukun niat hamper tidak ada perbuatan yang tanpa di sertai
dengan niat, dalm hadis di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa إنما الأعمال بالنيات segala amal harus di sertaidengan niat sebab segala amal bergantung pada
niatnya, jika niat kita sah maka amal kitapun secara automatis akan di terima
oleh ALLAH sedangkan niat kita tidak sah maka amal kita tidak akan di terima di
sisi Allah SWT. Dalam hadis ini juga menerangkan bahwa seandainya hijrah kita
kepada ALLAH SWT dan ROSULNYA maka hijrah kita adalah kepada ALLAH dan
Rosulnya.
Bisa kita simpulkan adalah segala amal yang
yang kita niatkan berarti apa yang kita niatkan itulah yang kita dapatkan. Hakikat
niat adalah bersama melakukan sesuatu. Diantara hokum niat adalah ada yang
wajib dan ada yang sunnah. Tempat niat berada jelas dalam hati. Masa niat
adalah awal mula melakukan perbuatan. Syarat niat hanya untuk kebaikan, jika
niat di niatkan untuk keburukan maka bukan itu yang di namakan niat
Hadits
ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata
: “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam
Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati,
ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu.
Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”,
sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.
Para
ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara
mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari.
Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya memulai
tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar
meluruskan niatnya.
Pada
Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan
amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal
yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama
islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung niatnya” ada
perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian
memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang
lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila
ada niat.
Kedua
: Kalimat “Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh Khathabi
dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda dari
sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. Juga
Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal.
Sehingga seseorang yang meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya,
walahu a’lam.
Ketiga
: Kalimat “Dan Barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya” menurut penetapan ahli bahasa Arab, bahwa
kalimat syarat dan jawabnya, begitu pula mubtada’ (subyek) dan khabar
(predikatnya) haruslah berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu
kalimat syarat bermakna niat atau maksud baik secara bahasa atau syari’at,
maksudnya barangsiapa berhijrah dengan niat karena Allah dan Rosul-Nya maka
akan mendapat pahala dari hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya.
Ada sebuah problem pertanyaan bahwa kenapa dalam shalat menggunakan
lafaz niat اصلي ???
Jawabannya
adalah karena dalam sholat harus:
A. Dalam sholat harus mengetahui waktu. Jadi dalam sholat kenapa menggunakan اصلي dalam sholat kita harus mengetahui waktunya. Pada contoh puasa wudhu pasti tidak mengguanakan اصلي tapi menggunakan نويت.
2. Harus menggunakan bahasa arab.
3. Saat melakukan Amal yang di kerjakan Harus dirinya dalam keadaan suci.
4. Harus di lakukakan dalam keadaal berdiri di saat mengerjakan amal perbuatan tersebut.
5. Menggunakan fi’il mudhari’.
6. Tidak menipu Allah.
7. Tertentu.
8. Harus menutup aurat.
9. Mengikuti imam jika dalam keadaan berjama’ah
A. Dalam sholat harus mengetahui waktu. Jadi dalam sholat kenapa menggunakan اصلي dalam sholat kita harus mengetahui waktunya. Pada contoh puasa wudhu pasti tidak mengguanakan اصلي tapi menggunakan نويت.
2. Harus menggunakan bahasa arab.
3. Saat melakukan Amal yang di kerjakan Harus dirinya dalam keadaan suci.
4. Harus di lakukakan dalam keadaal berdiri di saat mengerjakan amal perbuatan tersebut.
5. Menggunakan fi’il mudhari’.
6. Tidak menipu Allah.
7. Tertentu.
8. Harus menutup aurat.
9. Mengikuti imam jika dalam keadaan berjama’ah
Inilah
beberapa alasan dalam sholat menggunakan lavaz اصلي
ب- الامر بالاستقامه
عن أبي عمرو وقيل : أبي عمرة سفيان بن عبدالله الثقفي رضي الله عنه – قال
: يا رسول الله , قل لي في الإسلام قولاً لا أسأل عنه أحداً غيرك, قال " قل
آمنت بالله ثم استقم " رواه مسلم
Terjemahan
hadis:
Dari Abu ‘Amrah
Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : " Aku telah berkata :
‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku
tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman
kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu.
Penjelasan yang saya dapatkan dari dosen dan refrensi:
Menurut abu laits ciri ciri orang yang istiqamah adalah:
A.
Menjaga lisan untuk tidak mengadu domba dan
menggunjing orang lain. Berdasarkan firman Allah QS. Al Hujurat:12.
B.
Menghindari prasangka buruk. Berdasarkan
firman Allah QS. Al Hujurat:12.
C.
Menghindari perbuatan yang bersifat menghina
atau mengejek orang lain. Berdasarkan firman Allah QS. Al Hujurat:11.
D.
Mebatasi pandangan mata dari penglihatan yang
berbau maksiat. Berdasarkan firman Allah QS. An Nur:30.
E.
Berucap benar. Berdasarkan firman Allah QS.
Al An’am:152.
F.
Infaq Fisabilillah (membelanjakan harta
dijalan Allah). Berdasarkan firman Allah QS. Al Baqarah:267.
G.
Tidak berlebih-lebihan. Berdasarkan firman
Allah QS. Al Isra’:26.
H.
Tidak menunutut keluhuran dan kebanggaan
diri. Berdasarkan firman Allah QS. Al Qashash:83.
I.
Memelihara sholat lima waktu. Berdasarkan
firman Allah QS. Al Baqarah:235.
J.
Istiqamah pada ahlus sunnah wal jama’ah.
Berdasarkan firman Allah QS. Al An’am:153
Kalimat “katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku
tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya
adalah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi tentang
pengertian Islam yang mudah saya mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu
penjelasan orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman
kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini adalah kalimat pendek, padat
berisi yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam
secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya
dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara
teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena
seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar.
Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah
adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30) yaitu iman
kepada Allah semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan
taat kepada Allah sampai mati.
‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi
Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun
seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam
melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan,
maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati).
Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut,
Insya Allah.
Begitu pula firman Allah :
öNÉ)tGó™$$sù !$yJx. |NöÏBé&
“Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan
kepadamu”.(QS. Hud : 112)
Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :
“Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.
Abul Qasim Al Qusyairi berkata : “Istiqamah adalah satu tingkatan
yang menjadi penyempurna dan pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala
kebaikan dengan semua aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di
dalam melakukan usahanya, pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang
berpendapat bahwa istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang
besar, karena istiqamah adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan
kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah
kamu sekalian, maka kamu akan selalu diperhitungkan orang’.
Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah sifat yang dapat
menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah
kepribadian seseorang.
المبحث الثاني
عن
الايمان
ء- عن الايمان
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول
الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد
الشعر
, لا يرى عليه
أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته
إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم
الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله
ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله
واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال
" أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة ,
قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال
" أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في
البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل
؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم
" رواه مسلم
Terjemahan
hadis:
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami
tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat
hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun
diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan
menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas
paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan
kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau
bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad
itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada
bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu
melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran,
ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada
Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang
tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi,"
Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau
beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak
melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata
lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab,"
Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya
orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya"
Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan
puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak
berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan."
Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah
berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya
itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui"
Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan
kepadamu tentang agama kepadamu"
Penjelasan yang saya dapatkan dari dosen dan refrensi:
Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan
lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at
dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.
Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus,
berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat
atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia
dalam keadaan seperti itu.
Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha
beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad…..” adalah riwayat yang masyhur.
Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya pada
kedua lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah
kedua lututnya.
Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang
berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian
syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.
Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang
membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian
tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau
dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan
mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri
sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan
kejadian itu.
Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan
kepada kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada
dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,.
Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang
setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan
melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.
Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.
Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.
Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur
dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi
mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang
diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah
perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh
dibeda-bedakan.
Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk
hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan
timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga
dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan
Hadits Rosululloh.
Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut diatas,
ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah
menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49,
“Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di
ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas,
“Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan
kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah
tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang
membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran
telah kering”
Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan
sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka
dia adalah mukmin sejati.
Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya….”
Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah
dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran
Allah selama menjalankan ibadah.
Kalimat, “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda beliau : Budak
perempuan melahirkan anak tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai
negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak
tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya.
Hal ini menjadi sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu
menunjukkan kerusakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak
yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang
mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.
Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun
bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak
adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja
untuk mendirikan bangunan”
Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan karena
merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya
tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya
orang terhormat.
Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.
Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.
Kalimat, “Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu”
maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An
Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting adalah
penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah
Ta'ala.
Sesungguhnya keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS.
Al-Fath : 4, “Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada
sebelumnya”. Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu
Mulaikah berkata, “Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir
ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang
berani mengatakan bahwa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan
Mikail ‘alaihimus salaam”
Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan
yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan
dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena
itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang
melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu
istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi,
kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman
sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia
beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan
tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.
Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar
berkata, “kata iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda.
Setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata,
“pernyataan seperti ini sesuai dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an
dan Assunnah berkenaan dengan iman dan islam sering dipahami keliru oleh
orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan
pendirian jumhur ulama ahli hadits dan lain-lain.
Dalam syari’at ada 3 pilar agama islam, dan ketiga ini harus di jaga
tetap seimbang. Karena jika tidak ada salah satunya maka amal kemungkinan tidak
akan di terima di sisi Allah yaitu IMAN, ISLAM, IHSAN. Seperti Dalam suatu amal perbuatan kebajikan
klu iman tidak ada maka semuanya tidak di beri ganjaran di akhirat sebaliknya
juga jika iman ada tapi tidak melakukan perbuatan yang menunjukkan rasa imannya
kepada yang maha kuasa itu sama saja tidak seimbang. Karena iman itu adalah
rasa cinta, jika iman tingga maka apapun yang di perintah oleh Allah maka akan
senantiasa di kerjakan.
ب- بيان نقصان الايمان بالمعاصي
عن ابي هريرة رضي الله عنه ان رسول
الله صلي الله عليه وسلم قال: لايزنى الزني حين يزني وهو مؤمن ولايسرق السارق حين
يسرق وهو مؤمن ولايشرب الخمر حين يشربها وهو مؤمن. رواه مسلم
Penjelasan yang saya dapatkan dari dosen dan refrensi:
Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika
dia beriman dan tidak akan minum khamar ketika dia beriman” maksudnya seseorang
dikatakan tidak beriman ketika berzina, mencuri dan minum khamar. Ada beberapa
fakta yang terkandung dalam hadis ini:
1.
Pada kalimat الزني ini adalah bentuk isim fa’il dan fa’il dari لايزنى Pada isim fa’il ini berbentuk
mu’annas atau bentuk perempuan. Bukti yang nyata kita dapatkan adalah di zaman
sekarang ini adalah yang kita temukan paling banyak yang berzina adalah
perempuan dan paling identik dengan dunia perzinahan adalah perempuan. Dimana
mana terlihat perempuan yang paling mayoritas melakukan perzinahan. Dari segi
perbandingan nafsu sexsual antara laki laki dan perempuan jauh lebih tinggi
perempuan. Dan ditinjau dari segi hadis ini adalah benar bahwa fa’il dari
hadits di atas nyaitu mu’annas karena
yang mayoritas melakukan zina adalah perempuan.
2.
Kita melihat dunia sekarang ini dimana mana pasti ada perbuatan kriminal,
dan yang paling mengherankan yang paling banyak melalukan mencuri atau dalam
dunia kriminal adalah laki laki kenapa? Karena hadis di atas adalah menggunakan
isim fa’il muzakkar السارق inilah salah satu bukti bahwa kenapa di dunia
kriminal itu identik dengan laki laki.
3.
Sedangkan pada kalimat meminum
khamar menggunakan isim fa’il yang tersembunyi atau mustatir kenapa harus di
sembunyikan jadi kenapa tidak di tampakkan saja. Ada beberapa alasannya:
a.
Tingkatan dosa berzina dan mencuri adalah lebih besar dibandingkan
dengan minum khamar.
b.
Ayat yang menerangkan berzina dan mencuri adalah turun sekaligus
sedangkan minum khamar adalah berangsur angsur.
c.
Zina dan mencuri sasarannya adalah orang lain sedangkan khamar adalah
dilakukan dengan sendirinya.
d.
Zina dan perncurian pasti melibatkan orang lain.
e.
Minum khamar di lakukan dengan sendirian.
f.
Zina dan mencuri adalah perbuatan yang sangat keji.
g.
Khomer/ segala minuman itu halal kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
h.
Orang yang minum khamar tidak akan bisa mencium bau surge.
Diantara orang yang tidak mendapatkan bau surga adalah
A.
Orang yang memakan harta riba.
B.
Orang yang memakan harta anak yatim dengan cara yang batil.
C.
Durhaka kepada orang tua.
D.
Orang yang suka meminum khamar.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa orang yang
berbuat krimaninal seperti mencuri adalah didominasi oleh kaum laki laki sedangkan
berzina itu didominasi oleh kaum perempuan. Karena selain dari fakta yang ada
di dunia sekarang, ternyata hadis nabi juga sdh di bahas sejak zaman nabi
Muhammad masih hidup. Dan kenapa mengandung dhomir mustatir pada fi’il meminum
khamar salah satunya adalah karena dosa mencuri dan berzina adalah lebih besar
dosanya dari pada minum khamar. Sebab mencuri dan berzina adalah melibatkan
orang lain sedangkan minum khamar adalah di lakukan dengan sendiri.
# والله اعلم #
* Good luck *
No comments:
Post a Comment